Powered By Blogger

Selasa, 09 November 2010

STRATEGI PEMENANGAN PEMILIU


KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur yang setinggi-tinggi-Nya penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atasx rahmat dan hidayah inayah-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang masih perlu didalami dalam meraihnya.
Makalah ini dirancang sebagai suatu media/bahan diskusi untuk mahasiswa sehingga dapat membantu mahasisiwa untuk lebih mempermudah mendapatkan materi dan mempercepat penyerapan pelajaran yang telah dipersiapkan oleh dosen.
Dalam penyusunan makalah ini, melibatkan beberapa pihak dan teman-teman sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Untuk itu sewajarnya penyusun menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya atas ide dan masukan-masukannya. Mudah-mudahan segala amal bakti ilmu memperoleh imbalan yang berlipat ganda.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu disempurnakan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan saran maupun kritikan dari pembaca yang budiman untuk memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini memberi manfaat dan menambah wawasan kita semua.Amin.




PEMBAHASAN
STRATEGI PEMENANGAN PEMILIU
Untuk memenangkan Pemilu Calon DPD Wakil Bali, dimana calon yang maju sebanyak 30 (tiga puluh) orang dan berasal dari berbagai elemen masyarakat Bali, baik yang berdomisili di Bali bahkan yang berdomisili di luar Bali, maka perlu disusun strategi pemenangan, sebagai berikut :
  1. Penyusunan konsep pemenangan mutlak diperlukan agar ada acuan yang dipakai untuk menentukan arah dan tujuan pemenangan.
  2. Arah pergerakan pemenangan harus dilakukan terstruktur, terpogram secara efektif dan efisien.
  3. Memahami peta kekuatan pendukung dan kantong – kantong pemilih yang signifikan.
  4. Membentuk Tim Sukses yang bergerak secara langsung dan terus memantau pergeseran kekuatan pemilih.
  5. Mengedepankan independensi untuk meraup suara pemilih dengan pendekatan secara menyeluruh dengan tidak berkonsentrasi pada hanya satu partai.
Langkah-Langkah Strategis
Dalam upaya merealisasi Visi & Misi (Bali yang Bagus) terdapat beberapa langkah strategis yang harus diambil dan berfokus pada arah Bali di masa depan. Terdapat kata – kata bijak yang perlu dicermati, yaitu ”If you don’t know where you are going, any road will take you there”. Sebenarnya untuk mencapai suatu tujuan memang banyak jalan yang bisa kita tempuh, namun untuk mencapai Bali yang Ajeg kita harus mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman(Analisis SWOT). Untuk itu terdapat beberapa strategi yang bisa pergunakan, antara lain :
  1. Mengintensifkan pembinaan terhadap sumber daya manusia melalui pendidikan, lebih – lebih di sektor pariwisata.
  2. Meningkatkan keperdulian masyarakat terhadap lingkungan dengan berpegang kepada konsep Tri Hita Karana, sehingga tidak ada pihak yang harus dikorbankan.
  3. Setiap kebijakan yang bersentuhan dengan kepentingan rakyat banyak harus disosialisasikan terlebih dahulu.
  4. Mengupayakan terjadinya keseimbangan dan pemerataan pembangunan di seluruh Kabupaten di Bali, guna mengurangi kesenjangan dalam kehidupan masyarakat Bali, terutama di sektor kepariwisataan.
  5. Mengajak semua unsur, elemen masyarakat Bali, setiap orang yang perduli terhadap Bali baik secara melembaga, perseorangan atau kelompok untuk menyatukan pikiran, wacana dan langkah, menguatkan komitmen untuk tetap menjaga, melestarikan Bali dengan turut berpartisipasi dan memberi kontribusi dalam menghadapi tantangan maupun ancaman era globalisasi.
  6. Memantapkan pikiran, wacana dan langkah bahwa taksu alam Bali hanya bisa dijaga dengan segala yang berjiwa bersih, ketulusan hati, keihlasan, kejujuran dan tanggung jawab ( yadnya, sradha, bhakti).

Strategi
            Strategi pada substansinya adalah pola-cara yang sistematis-efektif-sinergis untuk mencapai tujuan.
Kesalahan yang sering dilakukan dalam menggunakan strategi adalah karena tidak menguasai strategi yang digunakan secara utuh, dengan berbagai varian dan pengembangannya. Hal lainnya adalah kelemahan dalam analisa SWOT dan kesalahan penghitungan (baca: menghitung kaki gajah).

Koalisi kader
            Yang kami pahami dengan koalisi kader adalah adanya sinergitas dari segenap elemen kader, dari tingkat teratas hingga akar rumput. Dan hal ini tentunya lebih rumit daripada kita menyusun konsep strategi pemenangan pemilu. Koalisi kader tidak hanya karena ada hubungan emosional, atau sisbiosis-mutual, tapi lebih urgen dari itu adalah ideology , pemahaman visi-misi partai dan moral agama sebagai landasan berpartai.  
 Pola 1
 
 

Masyarakat
Masyarakat merupakan sekumpulan komunitas manusia yang terdiri dari berbagai macam karakter, cultur, dan pandangan yang berbeda. Ali Syariati menganalogikan masyarakat seperti sebuah kerucut. Pada puncak kerucut ada kelompok pendidikan tinggi, jumlahnya sedikit dan bergabung dengan elit lainnya. Di bawah dengan diameter yang lebih besar adalah massa rakyat yang lebih besar jumlahnya.
Ada tiga hal yang berpengaruh terhadap proses perubahan dalam masyarakat. Pertama, bagaimana ide atau gagasan mempengaruhi perubahan masyarakat. Kedua, bagaimana tokoh-tokoh besar dalam sejarah menimbulkan perubahan di tengah-tengah masyarakat. Ketiga, sejauh mana peranan gerakan-gerakan sosial dan civic education yang mampu melakukan perubahan struktur sosial dan norma-norma sosial sebuah masyarakat.
Perubahan dalam masyarakat secara garis besar dapat dikategorikan kedalam dua kategori, yaitu : Pertama, perubahan masyarakat yang direncanakan, yang didesain, ditetapkan tujuannya, dan strateginya. (planned social change), dan Kedua, perubahan masyarakat yang sebelumnya tidak direncanakan (unplanned social change). Yaitu perubahan yang tidak pernah didesain, tidak pula ditetapkan tujuan dan strateginya. (Rakhmat, 2000 : 45-46)
 
1. Talcot Parsons
            Parson berpendapat bahwa dinamika masyarakat dan sehubungan dengan itu, terjadi karena adanya beberapa unsur yang berintegrasi satu sama lain. Unsur-unsur itu ialah : Pertama, orientasi manusia terhadap situasi yang melibatkan orang lain, Kedua, pelaku yang mengadakan kegiatan dalam masyarakat. Ketiga, kegiatan sebagai hasil orientasi dan pengolahan/pemikiran pelaku tentang suatu kegiatan merupakan realisasi dari motivasi dan karenanya selalu bersifat fungsional, karena bertujuan mewujudkan suatu kebutuhan, Keempat, lambang dan sistem perlambangan yang mewujudkan komunikasi tentang bagaimana manusia, tentang bagaimana manusia ingin mencapai tujuannya. (Ishomuddin, 2002 : 95)
 
2. Emile Durkheim
            Emile Durkheim melihat adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat lebih disebabkan oleh lingkungan dan keturunan sebagai dasar pengikat sosial. Sehingga terbentuklah msyarakat dengan solidaritas mekanik dan  solidaritas organisatorik,  bentuk ikatan sosial hanyalah melihat keterikatan tersebut sebagai alat untuk mencapai tujuan, sedangkan solidaritas mekanik memang orang dilahirkan dalam lingkungan sosialnya sehingga dengan sendirinya berkembang suatu bentuk ikatan emosional. Dengan makin majunya transportasi dan komunikasi ikatan solidaritas mekanik dan solidaritas organisatorik pun ikut meningkat.

3. Ferdinand Tocnnis
            Ferdinand Tocnnis mengatakan bahwa suatu masyarakat mengalami fase gameinschaft dan fase gasellschaft. Sifat khas dari masyarakat gameinschaft adalah adanya keterikatan yang bersifat emosional dibandingkan dengan gasellschaft yang lebih bersfat rasional lugas. Menurutnya hal ini disababkan oleh makin meluasnya radius sosial, sehingga hubungan antar pribadi makin merenggang. Namun sebenarnya kini ilmu pengetahuan berpendapat bahwa sebenarnya manusia tidak hanya hidup dalam masyarakat gemeinschaft atau lingkungan gesellschaft, kenyataannya kini manusia hidup dalam lingkungan gemeinschaft sekaligus pada lingkungan gesellchaft. Yitu umpamanya dalam lingkungan kerja mengalami gesellchaft, tapi dalm lingkungan kerja itu juga ia tetap mengalami ikatan gemeinschaft. Namun demikian berkembangnya sebagian hidup manusia dari gemeinschaft ke gessellschaft, cukup mengakibatkan perubahan sosial dan sebagai akibat dari penyesuaiain diri terhadap perubahan situasi objektif (di luar diri). Bell dan Mau lebih mempertajam teori Tocnnis dengan mengatakan bahwa suatu gemeinschaft lebih berorientasi ke masa silam, bersikap fanatik dan dogmatis. Sebaliknya gesellchaf lebih bersifat melihat ke hari depan dan menggunakan hukum objektif ke sebagai pengarahnya.

4. Neil Smelser
            Smelser menekankan adanya hubungan erat antara pembangunan ekonomi dan pembangunan struktur sosial yang baru. Suatu sistem ekonomi tertentu memerlukan dan dilandasi oleh suatu struktur masyarakat tertentu. Secara rasional suatu sistem ekonomi dapat saja diadakan, namun bila tidak ditunjang oleh suatu struktur sosial yang cocok tidak akan tercapai tujuannya. Dengan kata lain, setiap struktur sosial merupakan ekologi dari setiap bentuk sisitem ekonomi, dan karena proses pembangunan ekonomi sekaligus bersifat pengadaan diri suatu struktur sosial baru yang menunjangnya. Beberapa ciri pembangunan ekonomidan akibat terhadap struktur sosial adalah : Pertama, teknologi yang bersifat sederhana dengan teknologi yang memanfaatkan hasil penemuan ilmu pengetahuan. Kedua, dalam bidang agraris sikap produksi sekedar untuk kebutuhan dirimenuju ke sisitem produksi untuk konsumen yang tidak dikenal. Akibatnya ialah spesialisasi dalam produksi dalam hasil tanaman untuk dijual. Ketiga, pengggunan tenaga manusia dan binatang dengan peralatan/mekanisme dengan biaya yang labih tinggi, dan yang keempat di lihat dari segi lingkungan, perubahan dari orientasi pedesaan ke
orientasi perkotaan.
 
Salah satu karakteristik good governance versi UNDP (United Nation and Developement Programe) adalah partisipasi (participation). Partisipasi artinya ikut serta, memberi andil, kontribusi maupun masukan. Jadi masyarakat partisipatif adalah masyarakat yang ikut andil, memberi kontribusi atau masukan kepada pemerintahnya. Baik itu pemerintah lokal maupun pemerintah pusat.
 
 
Kelompok terpelajar berada jauh di atas mereka, mereka tidak termasuk masa. Tapi pada setiap zaman ada kelompok yang berbeda dengan masa (sehingga tidak dapat dikelompokkan bersama mereka), tetapi juga tidak sejalan dengan pemikiran dominan kaum terpelajar. Mereka adalah kaum terpelajar yang menyimpang, mereka mengumandangkan pemikiran baru yang bertentangan dengan pemikiran populer di zamannya. Dan golongan seperti ini akan ada di setiap zaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar